Kadang aku ingin kembali menjadi seorang yang egois agar hati ini tenang. Bukan permasalahan yang pelik, hanya saja saat ia datang hati ini menjadi sangat lelah.
Menyukai seseorang adalah hal yang wajar dan naluriah. Bagiku sebagai manusia yang normal, tentu saja pernah merasakannya juga. Gugup saat bertemu, cemburu jika ada orang yang lain dekat dengannya, ingin selalu melihatnya dan yang pasti ingin memilikinya seutuhnya.
Menjadi pribadi yang diam dan jarang menceritakan masalah 'rasa suka kepada lawan jenis' sering membuatku berpikir apakah harus mempublish tulisan ini. Namun dengan bismillah, insya Allah ini menjadi sharing yang mungkin bisa membantu kalian yang memiliki masalah yang sama.
Pernahkah kalian menyukai seseorang dengan diam? Menurutku kalian pasti pernah mengalaminya. Dari diam yang gak ada seorang pun tahu, teman dekat saja yang tahu, atau diam-diam kasih kode. Yah namanya juga perempuan ya, pasti memilih menunggu si dia deketin sambil kasih-kasih kode daripada langsung bilang.
Let's start my story
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku mengalami hal ini. Aku selalu menyukai seseorang dalam diam. Hanya diriku dan Allah saja yang tahu. Tidak pernah menceritakan ke siapa-siapa, meski pernah itu pun saat sudah menjadi kenangan alias sudah tidak suka lagi. Alasannya sih simpel aja, karena 'aku tidak ingin pacaran'.
Kalau ditanya sejak kapan aku tidak ingin pacaran, jawabannya saat aku kelas 6 SD. Kecil banget ya? Yupz... Saat itu tuh aku mulai mendengar istilah 'pacaran', karena didorong rasa penasaran dan ditambah kegemaran membaca akhirnya nyari buku masalah pacaran. Ortu sendiri gak suka kalau aku membaca buku selain buku pelajaran, jadi membaca itu waktu di rumah kakak sepupu aku. Karena tuh kakak sepupu notabe nya memang gak pacaran jadilah isi bukunya itu tentang ruginya kalau punya pacar.
Aku sendiri waktu membaca banyak mengangguknya, disitu dijelaskan kalau pacaran biasanya aktivitasnya apa-apa aja. Kebanyakan sih jalan-jalan, beli kado, smsan, telponan dan pokoknya hal-hal yang membuat kanker (kantong kering). Yah langsung aja aku berpikiran, "ortu kasih uang jajan sedikit untuk makan eh malah dibelanjaain untuk orang lain, kan sayang uangnya, nanti aja lah kalau udah besar, udah bisa menghasilkan uang sendiri". Terus karena masa-masa UN aku bernadzar, kalau lulus aku bakalan gak bakalan pacaran selama satu tahun. Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Setidaknya nilai untuk matpel yang aku sukai 'Matematika'.
Hari pertama masuk kelas 7 aku bertemu teman-teman baru dari SD yang berbeda. Yang satu SD cuma sedikit, hanya lima orang kalau tidak salah dan teman akrabku ada dikelas sebelah. Kelas 7 menjadi awal image baruku terbentuk, aku lupa image ku sewaktu SD seperti apa, yang ku ingat aku sedikit tomboi. Aku menjadi sosok yang jutek, pemarah dan pemukul. Mungkin satu-satunya perempuan 'jagoan' di kelas B, sedangkan dikelas A mereka punya jagoannya juga 'Dina'.
Aku seorang 'dewasa' yang masih suka bermain, main kejar-kejaran, pukul-pukulan, sepak bola, basket, panco. Bagiku teman yah teman, baik laki-laki atau perempuan. Namun perlahan tapi pasti rasa itu mulai datang menyapa 'rasa suka dengan laki-laki'. Alhamdulillah Allah menjaga ku dengan janji yang pernah ku buat, meski rasa datang menyapa dan bersambut semua ku tahan dengan janji itu. Janji yang melindungiku dari 'awal yang menjerumuskan'.
Janji itu mudah dibuat tapi sulit dipertahankan sampai akhir. Satu tahun, aku berulang kali menyukai orang yang sama dan mempertahankan janji itu. Satu tahun berakhir, janjiku telah terpenuhi namun ia menghilang tanpa kabar, tanpa ucap, tanpa perpisahan. Dan lagi Allah mejagaku dengan menghilangkan dia dari hidupku, mungkin ini jawaban dari doa yang pernah ku minta saat berusaha menjaga janji 'Ya Allah, jika ia jodohku maka dekatkan kami namun jika bukan jauhkan kami'.
Waktu berlalu begitu cepat hingga kelulusan SMP dan sebentar lagi masuk SMA. Lost contact, kadang aku dapat kabar dari temanku kalau dia sempat kembali ke kota ini, saat itu pula aku berharap bertemu dengannya. Selama ini aku hanya bertemu beberapa kali dengannya di alam mimpi, bisikan setan yang membuat hati merana.
Masa SMA aku punya cerita lain lagi, bisa dibilang mulai 'berani'. Namun intinya Allah kembali mejagaku dari ikatan fana itu. Alhamdulillah...
Andaikan aku tidak memikirkan perasaannya, aku akan melakukannya
Andaikan ini menjadi akhir, aku akan melakukannya
Andaikan aku sudah siap, aku akan melakukannya
Dan...
Andaikan 'boleh', aku akan melakukannya
Karena 'kemungkinan' dan 'ketidakpastian'
Diam dan do'a lah solusi terbaik yang bisa ku lakukan saat ini
Puisi tentang perasaan yang ada untuknya dan telah hilang dengan sendirinya, namun walau raga tak berkata hati seakan masih berharap dengannya. Tidak ada lagi rasa gugup, tidak ada lagi rasa cemburu, tidak ada lagi rasa ingin melihatnya, tidak ada lagi rasa ingin diperhatikan, tidak ada lagi rasa ingin dimengerti, hanya satu yang tertinggal yaitu rasa ingin jadikan ia pendamping hidup.
Dia yang hanya aku dan Allah yang tahu. Dia yang belum pernah ku minta kepada-Nya. Aku tidak akan meminta, aku hanya inginkan yang terbaik. Aku akan menerima yang terbaik meski bukan Dia orangnya. Begitu pula dia, bisa jadi akulah yang bukan terbaik untuknya.
Tidak ada ikatan yang diridhoi selain ikatan pernikahan dan pernikahan yang baik adalah pernikahan karena-Nya. Aku tidak bisa bermain-main dengan perasaan orang lain, aku tidak bisa terus-terusan berpikir tentang siapa jodohku, aku tidak bisa selalu galau saat menata masa depan dan selalu terlintas bayangannya, aku tidak bisa membiarkan perasaan mengontrol hidupku, aku tidak bisa membiarkan setan dengan mudah mebisikkan kalimat-kalimat puitis, banyak hal yang harus dilakukan. Menjadi lebih baik, mempersiapkan dan menerima.
Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya, hanya saja hamba sering lupa dan tidak menerima. Karena hamba meminta yang 'diinginkan' sedangkan Allah memberikan yang 'dibutuhkan'.