Para santri harus menambah ilmu setiap hari agar dapat kemuliaan. Harus selalu membawa buku dan pulpen, untuk menulis ilmu yang bermanfaat yang ia dengar setiap saat. Karena ilmu yang dihafal suatu ketika bisa lupa. Sedang ilmu yang ditulis akan tetap abadi. Ada yang berkata, "Ilmu itu sesuatu yang diambil dari mulut orang-orang pandai karena mereka itu menghafal sebaik-baik yang mereka dengar. Dan mengatakan sebaik-baik yang mereka hafal."
Hilal bin Yasar berkata, bahwa Nabi SAW. pernah bersabda kepada para sahabatnya tentang ilmu dan hikmah. Lalu aku berkata, "Ya Rasul, sudilah tuan mengulangi apa yang tuan katakan kepada kami?" Kemudian Nabi SAW. bersabda, "Apakah kamu membawa tinta?" Aku menjawab, "Saya tidak."
Nabi berkata, "Ya Hilal, janganlah kamu meninggalkan wadah tinta. Karena kebaikan itu ada padanya, dan pada orang yang memilikinya hingga kiamat."
Shadru Syahid Husam berpesan kepada putranya, Syamsuddin, supaya menghafal sedikit ilmu pengetahuan dan hikmah setiap hari. Karena sesuatu yang banyak itu dimulai dari sedikit.
Isham bin yusuf pernah membeli pena seharga satu dinar untuk menulis apa yang ia dengar waktu mengaji. Karena dia sudah tahu bahwa umur manusia itu pendek, sedang ilmu amat banyak.
Oleh karena itu dia tidak mau menyia-nyiakan waktu sesaat pun. Dia gunakan waktu malam untuk mendalami ilmu agama.
Yahya bin Mu'adz Ar-Razi berkata, "Malm itu amat panjang, maka jangan kamu habiskan untuk tidur. Siang hari itu terang benderang, maka jangan kamu redupkan dengan dosa-dosamu."
Santri harus bisa memanfaatkan kesempatan bersama para ulama.Gunakan untuk menimba pengetahuan dari mereka. Karena kesempatan yang baik apabila telah hilang, tidak akan dijumpai lagi, sebagaimana yang dikatakan Ustadz Syaikhul Islam dalam kitab Masyihatnya, "Banyak sekali guru besar yang luas ilmu dan keutamaannya yang pernah aku jumpai, namun aku tak memperoleh kebaikan dari mereka." Atas keteledoran ini, aku gubah sebuah syair, "Oh.. Sungguh aku menyesal dengan segala penyesalan atas kelengahan. Setiap sesuatu yang telah hilang tak akan bisa dijumpai lagi." Sayidina Ali ra. berkata, "Bila kamu berada dalam satu urusan makan tetaplah di dalamnya. Kehinaan dan kerugian itu akibat berpaling dari ilmu Allah. Maka berlindunglah kepada Allah darinya pada malam dan siang hari."
Para penuntut ilmu harus tahan menanggung penderitaan dan kehinaan ketika mencari ilmu. Tamalluq (mencilat atau mencari muka) itu tercela kecuali dalam urusan menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu itu tidak bisa terpisah dari guru, teman-teman belajar, dan sebagainya.
Ada yang berkata, "Ilmu itu luhur; tiada hina padanya. Namun ilmu tak bisa didapat kecuali dengan merendah." Penyair berkata, "Aku tahu kamu bernafsu ingin menjadi orang mulia. Namun kamu tak akan menperoleh kemuliaan selama kamu tidak menghinakan diri sendiri."
0 komentar:
Posting Komentar