6 Februari 2019

Pertanyaan: "Gajih"

Sumber pict: jakarta.tribunnews.com

Akhir-akhir ini banyak yang menanyakan perihal gajih. Beberapa teman memutuskan untuk mencari karyawan untuk usaha yang dijalankannya, nah mereka bingung berapa uang yang harus dikeluarkan untuk menggajih.

Berbicara soal menggajih karyawan, buat aku sendiri ini juga hal yang sulit. Bisa dikatakan gajih itu membeli waktu, tenaga dan keahlian seseorang. Yang paling berat itu adalah saat aku memikirkan waktu. Waktu itu adalah hal yang sangat berharga, waktu tidak akan pernah bisa diulang. Dan aku tidak ingin orang lain menghabiskan seluruh waktunya bekerja apalagi di tempat kami. Kadang ada karyawan baru yang menawarkan untuk kerja full dari pagi-malam. Hal ini seringkali aku hindari, kecuali memang tidak ada penggantinya.

Tenaga juga hal yang dipertimbangkan, saat penjualan lagi rame tenaga sangat-sangat diperlukan, apalagi sikon kerja di tempat terbuka. Jika tidak punya fisik yang kuat bisa sering sakit, hal ini juga yang menjadi alasan kenapa kami tidak merekomendasikan untuk kerja full time.

Dan untuk keahlian, biasanya diimbangi dengan lama bekerja. Setiap orang punya daya tangkap berbeda. Ada yang diajarin sekali langsung bisa, ada juga yang perlu beberapa kali. Tapi mereka pasti bisa kok, asal kita mengajarkan dengan benar dan dia mau mendengarkan serta menerima nasihat dan ritikan dari kami.

Terus berapa gajih yang dikeluarkan? Kalau hal ini sebenarnya terserah kita. mau gajih Rp500.000/bulan juga bukan masalah asal karyawannya nerima aja.

Namun kalau dari aku sih ada beberapa hal yang jadi bahan pertimbangan:
1. Status Karyawan. Seperti lajang/menikah, sekolah/kuliah/free.
2. Lama jam kerja. Misal 6 jam/hari, 7 jam/hari, 8 jam/hari.
3. Waktu libur.
4. Penjualan/pendapatan usaha.
5. Berat/tidaknya pekerjaan yang dilakukan.

Saran aku sih, jika penghasilan kamu hanya berasal dari satu usaha dan tidak ada pemasukkan dilain. Apalagi baru buka, penjualan masih rendah dan belum stabil, lebih baik nanti dulu untuk nyari karyawan. Takutnya bukan keuntungan yang didapat tapi malah kebuntungan.

4 Februari 2019

Impian: Toko Roti


Siapa yang nelen ludah saat lihat gambar di atas? Aku juga jadi pengen makan donat. Nggak sekarang tapi nanti kalau ada uangnnya upss..

Berbicara tentang uang, aku pernah punya impian memiliki usaha toko roti. Itu karena dulu aku suka sekali makan roti. Saking sukanya jadi kepikiran untuk punya toko roti sendiri deh. Nih mau bahas uang atau impian sih? Yah bisa dibilang keduanya lah. Kalau kata pepatah itu "Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui" eh atau yang ini ya "Sambil menyelam minum air" ?? Aku lupa.

Memang yah yang namanya bermimpi itu enaak banger, bayangin begini trus begitu dan semuanya. Rasanya indaah dan menyenangkan. Tapi saat memikirkan tetek bengeknya, ya ampuun ternyata tidak semudah itu fergusso. Aku sendiri tidak pernah bikin roti, nggak pernah lihat pun jadi susah ngebayanginnya. Apalagi untuk menciptakan rasa yang diinginkan. Memang yah pengetahuan itu harus selalu ditingkatkan, makanya jangan malas membaca dan belajar Halida, eh?

Semakin bertambah usia impian membuka usaha Toko Roti pun teralihkan dengan impian yang lain, bisa jadi karena aku tipe yang melakukan apa yang di inginkan (?? yang ini aku rada ragu). Saat ini malah nggak terpikir sedikit pun untuk merencanakannya. Yah sekarang harus fokus ke usaha yang ada dulu baru nanti buka usaha baru lagi. Doakan aja bisa buka tahun ini juga, Aaamiin.

Kalau berbicara tentang uang, saat ini aku berumur 22 tahun dengan status "???" entahlah aku juga bingung aku itu kerjaannya apa. Yah walau nama pekerjaannya nggak jelas juga, namun untuk penghasilan bisa dibilang ada aja lah. Alhamdulillah cukup untuk hidup di perantauan. Karena setiap orang pasti punya rezeki masing-masing ya kan?

Setiap hari pengen pulkam tapi apa daya jarak lumayan jauh. Pengen beraktivitas disana. Dimana pun kita berada, serumit apapun hubungan kita dengan mereka, keluarga adalah pelindung dan tempat kembali yang selalu dirindukan. Semoga Maret bisa pulkam. Kangen rumah dan semua yang ada disana.

3 Februari 2019

Penasaran: "Memanah"



Kita awali dulu dengan baca basmallah. Bismillahirrohmaanirrohiim. Setelah sekian lama nggak nulis, kali ini aku memutuskan untuk memulai menulis kembali. Sebenarnya banyak keraguan datang untuk memulai, salah satunya adalah takut jika tulisan yang aku buat tidak bermanfaat.

Untuk kalian yang tidak sengaja lihat blog aku, terima kasih ya sudah mau membaca tulisan yang nggak jelas ini. Kali ini aku mau cerita tentang "Memanah". Bukan cerita tentang bagaimana cara memanah yang benar dan sebagaianya yah namun mau ceria aja. Hahaha maaf gaje.

Keinginan yang berhasil terpenuhi di umur segini, mungkin kalau terpenuhinya saat lagi ingin-inginnya pasti akan senang pakai banget. Bukan berarti saat ini nggak senang, kalau sekarang itu lebih ke "penasaran dengan memanah". Aku bingung menuliskan rasanya yang pas itu seperti apa. Yang jelas aku sudah nggak sebegitu penasaran lagi.

Hm.. setelah dipikir ternyata masih ada. Tadi aku cuma sempat nyoba jarak prebasic (anak sd) sama jarak level 1 (pemula dewasa). Jarak prebasic itu 5 meter, jadi setelah beberapa kali nyoba dilingkaran merah-kuning, yah lumayan lah. Setelah itu nyoba yang level 1 jarak 10 meter, nah kata ka Alfi untuk pemula biasanya lepas dari papan target dan bahaya kalau anak panah kena orang lain. Namun karena penasaran jadi aku tanya aja apa boleh aku nyoba dan dibolehkan. Untuk percobaan pertama keluar lingkaran namun nggak keluar papan target. Beberapa kali nyoba pun Alhamdulillah nggak satupun yang keluar papan target, tapi untuk score jangan ditanya ya. Kena lingkaran yang biru itu juga syukur banget.

Jarak 5 meter aku masih bisa fokus untuk membidik sedangkan untuk jarak 10 meter lebih sering memakai feeeling karena nggak bawa kacamata (maklum mata gak normal). Dan setelah beberapa kali lagi nyoba akhirnya aku berhasil di lingkaran kuning10 poin. Horree.. dalam hati "akhrinya bisa berhenti". Badan udah lelah (ternyata lelah eh) tapi kalau nggak kena angka 10 gimana gituh jadi bersyukur banget. Oh ya itu cuma kebetulan yak, mungkin kalau ikut club dan rajin latihan bisa jadi kemampuan. Dan kebetulan itu bisa menjadi sebuah motivasi, artinya kamu mampu kok melakukannya hanya saja perlu sering berlatih agar hasilnya pun lebih bagus lagi.


Hal selanjutnya yang ingin aku coba adalah shootgun. Yang ini rada nggak mungkin sih, eh bisa jadi mungkin, shootgun pemburu. Aku pernah megang tapi nggak pernah nyoba. Karena nggak boleh sembarangan, bisa-bisa nyawa taruhannya (pernah dengar cerita nyata tentang ini). Pernahnya itu waktu maen paintball, waktu tau kalau kami bakal main paintball rasanya itu sangat.. sangat.. gembira. Waktu itu aku masih SMP. Sebelum bertanding kami gaya-gaya an dulu sama senjata paintballnya, kan keren yak. Pakai baju pelindung, helm dan senjata jadi foto-foto keren dulu. Sayangnya fotonya sudah kehapus. Kayaknya bisa dicari lagi, nanti aku upload di blog kalau berhasil nemu tu foto.

Saat seperti ini aku kembali merasakan bahwa satu persatu apa yang pernah aku inginkan akhirnya terwujud, seperti memanah ini. Allah memberikan apa yang kita inginkan di waktu yang tepat. Allah tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Meski tidak semua apa yang kita inginkan berhasil terwujud, yakinlah hal itu bukanlah hal buruk. Banyak hal yang ingin aku ceritakan, hal yang ingin ku ceritakan kepada diriku sendiri. Kita coba lakukan perlahan ya. Halida.. Semangat :)

Tentang Saya

Foto saya
Memiliki nama asli Nur Halida, semoga Allah mengampuni dosanya. Dimulai dengan suka membaca didukung dengan kepribadian introvert, lebih mudah mengungkapkan apa yang dipikirkan lewat tulisan. "Suatu saat raga kan menghilang, tulisan yang kan jadi kenangan"

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.