19 Juli 2017

Cerita Eneng

“Berat ya?”
“Ya iya lah berat neng, tong sebesar ini juga”
“Yah maaf atuh pa, kan emang tugas bapak. Mau dibantu pak?”
“Emangnya eneng mah bisa bantu apa?”
“Bantu doa aja pa, biar bapak semangat kerjanya”
“Wah kalau gitu mah sekalian doain juga biar bapa semangat kejar cinta eneng”
“Yah bapak, cinta eneng mah udah ada yang punya”
“Saha atuh?”
“Tuh akang yang dari tadi melototin bapak”
“Astagfirullah, maaf atuh kang. Bapak cuma becanda”

“Lain kali jangan gitu lagi neng, akang gak suka”
“kan Cuma becanda atuh kang, serius wae”
“tetap gak boleh neng, itu mah namanya memancing”
“mancing ikan?”
“eneng?”
“iya maaf akang sayang, makasih sudah di ingetin. Nanti tegur lagi ya enengnya”
“No comment deh akang, ayo cepat pulang”

Aku yang masih kekanakan dan dia yang dewasa menjadi pelengkap dalam hidupku. Aku bawel dia diam, aku marah dia diam, giliran aku diam malah dia yang bawel. Hal yang menyenang kan dan aku sangat beruntung memiliki teman hidup seperti dirinya. Walau terlihat manis bukan pula kami tidak pernah bertengkar, kami sering mengalami perbedaan pendapat. Ego yang sama-sama tinggi kadang diakhiri dengan aksi saling diam. Tidur pun beda kamar. Bukannya apa-apa, kami hanya perlu memikirkan hal apa yang membuat kami marah dan merenungkannya.

Kami tidak saling mengenal maka bagiku wajar saja bila hal semacam itu terjadi, perlu proses pikirku. Saat dia meminta maaf duluan saat itu pula amarah berganti sayang. Dia yang selalu membolak-balikkan hati ku. Dia.. Akang.. suami ku tercinta.

-Selesai-

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Saya

Foto saya
Memiliki nama asli Nur Halida, semoga Allah mengampuni dosanya. Dimulai dengan suka membaca didukung dengan kepribadian introvert, lebih mudah mengungkapkan apa yang dipikirkan lewat tulisan. "Suatu saat raga kan menghilang, tulisan yang kan jadi kenangan"

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.